kaki mungilnya berlari tanpa alas
mungkin teriknya sang pemberi pijar tak lagi ia keluhkan
ia terus berlari di tengah deru mesin
hanya untuk sekedar menepuk-nepukkan tangan sambil berceloteh entah apa
melihatnya mataku seakan nanar, hatiku miris
ingin berontak tapi pada siapa?
katanya ia punya hak yg sama dengan yang lain
ia juga perlu makan, pendidikan yg layak, perlindungan dari kejahatan diluar yang terus membayangi, atau sekedar pergi sesekali untuk menikmati yg orang katakan liburan
ah tapi siapa yg peduli lagi
mereka yang mengaku mengkonsumsi makanan yg cukup, namun mungkin yg mereka makan bangkai, karena dengan makan pun percuma, seperti memberi makan orang mati, karena sesungguhnya pun ia sudah mati, hatinya mati
mereka yang mengaku memiliki pendidikan yang tinggi, namun tak mengerti bagaimana caranya bersikap, bak seseorang yang tak pernah di didik sebelumnya, wajar bila hatinya juga buta
mereka yang mengaku merasa terlindungi karena barang atau harta yg mereka kira cukup untuk melindungi diri dari yang namanya kemiskinan, ahh menurutku mereka miskin. miskin hati
manusia hanyalah mementingkan diri sendiri, ego masing-masing dikedepankan
diri sendiri diperjuangkan haknya, tak sadar mengambil hak orang lain
menuntut kewajiban orang lain, kewajiban diri sendiri ditelantarkan
mana sosial yang sering di agung-agungkan? bobrok
mana keadilan yang sering menjadi bahan diskusi? bahkan puing"nya pun ambles tergerus roda jalanan
ahh sekali lagi miris, kulihat kaki mungil itu melangkah mengejar si mesin pencari uang
setetes air hangat membasahi pipiku..
beratkah langkahmu nak? seberat bongkahan batu kah? atau malah seringan gabus yang terombang-ambing dipantai?
apa yang kau rasa kini nak? sedihkah? atau senang? atau malah kecewa? atau mungkin marah?
bahagiakah kau nak? bila tidak cepat katakan pada pemberi nafasmu, minta kebahagiaan darinya, hanya dia yg bisa memberikan semua yang kau mau, mungkin dia dapat mengabulkan semua keinginanmu, mungkin saja nak
tak ada yg dapat kulakukan selain mendoakan agar hidupmu bahagia nak.. selalu..
*teruntuk si bocah tanpa alas kaki di perempatan lampu merah yang telah memberikan senyuman hangatnya padaku :)